Wednesday, October 6, 2010

secercah harapan pagi

hening.
hening sekali.


ketika celah kabut tipis mulai tersingkap,
ketika riak embun menari riang di atas daun.



hening.
masih tetap hening.


ketika pekat malam terbias oleh rona merah muda yg merata
diufuk timur,
ketika gemulai angin membelai lembut arakan daun gugur.



hening.
dan selalu hening.


ketika mega berbaris riang dibalik surya,
ketika alam bernyanyi senang menyambut cahaya.




dan,
akupun hening.
dikala hening sendiri
ikut bergeming.


ketika nafas
mulai menghangat,
ketika mata
ikut terpejam,
ketika hati
menyanjung pujian,
bagi Sang Maha
yg berdaya cipta
akan indahnya
semburat pagi
yg bergulir
mengalahkan
malam yg sunyi.




mengertikah?


layangkan pandang.
resapi alam.
dan kau akan merasakannya.




seolah
harapan pagi






akan hadir





dan
terlahir
kembali.



***

cinta mati

pandang aku.
pandangi saja aku.

aku begitu mencintaimu. aku begitu memujamu. teramat sangat. hingga hati dan tubuh ini, sungguh perih karena tak kuat menampung besarnya perasaan cintaku kepadamu.



pandang aku.
pandangi saja aku.


tidakkah engkau tahu,
setiap jengkal ditubuhku meneriakkan cintaku. cintaku padamu. setiap tarikan nafasku mendesahkan namamu. setiap tatapan mataku mencerminkan, betapa aku sangat mencintaimu.



aku begitu mengharapkanmu.
tapi nyatanya?
apa yg kau perbuat kepadaku?
inikah balasanmu terhadap kesetiaan cintaku?



kau berpaling.
kau melihat kearah yang lain. kau tidak setia.



sadarkah?
kau melukai aku. teramat dalam. kau acuhkan aku. aku yang menyanjungmu. aku yang memujamu. aku yang begitu mencintai dirimu.





pandang aku.
hanya aku. seorang.

kau tidak boleh meninggalkan aku. kau tidak boleh melupakan aku. kau tidak boleh melihat selain aku.





pandang aku.
pilih aku.
dan cintai aku.
hanya aku.
atau mati.



***

ironi

aku termangu.
dan masih terus termangu.
kepada apa yg telah aku dambakan.
kepada apa yg telah aku khayalkan.


masih teringat jelas
dalam memoriku
yg belum padam,
bahwa kau adalah wanita terindah dlm hidupku.
bahwa kau yg adalah nomor satu dihatiku.


masih nampak jelas kuingat, ketika kau
beserta seperangkat senyum manismu
menghampiriku.
bahwa kau berjalan beriringan dgn pesonamu.
bahwa kau hadir bersama
serangkaian mimpi indahmu.
tentang aku.
hanya aku. seorang.




aku termangu.
dan masih tetap termangu.
terhadap apa yang telah aku lakukan.
terhadap apa yang telah aku ciptakan.


kau yg masih
sama seperti dulu,
kini mulai berubah.
tak ada senyuman manis disudut bibir merahmu.
tak ada pesona yg terbias di paras ayumu.
tak ada mimpi-mimpi indah yg kau lontarkan kepadaku.
tak ada apapun
yg tersisa di dirimu.


kau masih sama
seperti saat pertama
kita bertemu.
hanya saja terlihat lain.
kulitmu masih tetap halus,
meski wajahmu pucat.
bibirmu masih merona,
meski senyummu getir.
kau terlihat langsing,
meski tubuhmu dingin.


tp tak apa.
kau akan
tetap cantik sekarang.
sekarang dan selamanya.
kecantikan abadi
yg selalu aku kagumi.
kau tak akan pernah
menjadi tua.



tp sekali lagi,
aku termangu.
dan masih saja termangu.
ketika mereka
tiba-tiba mendatangiku.
menarikku dan menyeretku.


mengapa?
apa yg salah dlm diriku?
salahkah bila aku memujamu?
katakan pd mereka,sayang.
mereka telah salah menilaiku.


lalu sebentar,
mengapa pula
mereka meraihmu?
bahkan dgn teganya memasukkanmu
ke dlm kantong hitam
yang sumpek itu.
kau takkan
suka dgn itu.
aku tahu kau
takkan suka dgn itu.
katakan pd mereka,sayang.
tempat itu pengap.
kau pasti bosan
didalam sana.


kemudian,
aku masih termangu.
dan tetap saja termangu.
meski mereka kini memisahkanmu dariku.
juga pisauku dari tubuhmu.



***